FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL DALAM WHISTLE BLOWER SYSTEM

Authors

  • R. Wilopo STIE Perbanas Surabaya
  • Nurul Hasanah Uswati Dewi STIE Perbanas Surabaya
  • Djuwito Djuwito STIE Perbanas Surabaya

DOI:

https://doi.org/10.24034/j25485024.y2014.v18.i2.151

Keywords:

whistle blower, faktor eksternal, internal

Abstract

Riset ini bertujuan untuk meneliti peran organisasi profesi auditor internal serta lembaga perlindungan saksi sebagai faktor eksternal yang mempengaruhi auditor eksternal sebagai whistle blower. Riset ini juga menggali pengaruh kompetensi, sikap moral, serta perilaku etis dari auditor internal untuk menjadi whistle blower. Sampel penelitian ini sebanyak seratus satu (101) auditor internal dari beberapa perusahaan di Indonesia. Metode utama penelitian ini adalah penelitian survei, yaitu penelitian yang dilakukan dengan mengambil sampel dari populasi dan menggunakan kuisioner. Partial Least Square digunakan untuk menganalisis data penelitian. Hasil uji statistik penelitian ini menunjukkan bahwa hanya perilaku etis internal auditor yang berpengaruh signifikan bagi seseorang untuk menjadi whistle blower. Meski tidak signifikan sikap moral auditor internal juga mempengaruhi sikap seseorang untuk menjadi whistle blower. Sedangkan keberadaan organisasi profesi dari auditor internal, lembaga perlindungan saksi, serta kompetensi auditor internal tidak dianggap perlu bagi auditor internal untuk menjadi seorang whistle blower. Keterbatasan penelitian ini dikarenakan belum banyaknya penelitian tentang whistle blower di Indonesia, sehingga model penelitian ini masih lemah. Di samping itu belum adanya undang-undang whistle blower juga memberi pengaruh terhadap penelitian ini.

References

Antara. 2008. Revisi Undang–Undang Pencucian Uang Perluas Wewenang PPATK.

Association of Certified Fraud Examiners. 2012. Report to the Nations.

Baker, N. 2008. See no evil, hear no evil, speak no evil. Internal Auditor, April: 39–43.

Bouville, M. 2008. Whistle Blowing and Morality. Journal of Business Ethics. 2008, springer.

Copeer, D. R. dan C. W. Emory. 1995. Business Research Methods. Chicago: Irwin.

Das, S. G. dan R. Aldrin. 2007. Whistle-Blowing and Competitive Advantage. Journal of Indian Management, April-June 2007, Cochin, India.

Dworkin, T. M. 2007. SOX and Whistle-blowing. Michigan Law Review. June (105): 1757–1780.

Heyes, A. G. dan S. Kapur. 2009. An Economic Model of Whistle Blower Policy. The Journal of Law, Economics and Organization 25(1): 157-182.

Ikatan Auditor Internal Indonesia. 1998. Kode Etik Ikatan Auditor internal Indonesia.

Ghozali, I. 2012. Structural Equation Modeling: Metode Alternatif dengan Partial Least Square (Edisi 3). Semarang: Badan penerbit Universitas Diponegoro.

Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI). 2009. Daftar Pembelajaran Profesional Lanjutan untuk tahun 2009. Download dari situs www.iapi.or.id

International Chamber of Commerce (ICC). 2008. ICC Guidelines on Whistleblowing.

Lezar, T. dan M. Spaeth. 2002. Blowing the Whistle. Risk Management, April.

Kerlinger, F. N. 1986. Foundations of behavioral research (3rd Ed.). New York: Holt, Rinehart and Winston.

Kleckner dan Jackson. 2004. Sarbanes-Oxley and the Whistle-Blower Protections. The CP Journal.

Kohlberg, L. 1969. Stage and Sequence: The Cognitive – Development Approach Moral Action to Socialization. In D.A. Goslin (Ed). Handbook of socialization theory and research. Chicago: Rand-McNally: 347–480.

Malhotra, N. K. 2010. Marketing Research: an applied orientation (6th Ed.). New Jersey: Prentice Hall.

Mansbach, A. 2007. Political Surplus of whistleblowing: a case study. Business Ethics: a European Review April 16(2): 124–131.

McKoy, D. V. 2012. Whistle Blowing and the Law. Working Paper.

Media Pertamina, 2008. Whistle Blower, Pengingat Kita agar Tidak Korupsi. Edisi No. 33, Tahun XLIV, 18 Agustus.

Rest, J. 1979. Developing in Judging Moral Issues. Menneapolis, MN: University of Minnesota Press.

Richardson S. dan B. Richardson. 2007. The Accountant as Whisleblower. The Indonesian Accounting Society.

Robinson, S. L. dan R. J. Bennet. 1995. A Typology of Deviant worksplace Behaviors: A Multidimensional Scaling Study. Academy of Management Journal 18(2): 555-572.

Saha, O. 2011. Whistle Blower Policy. Working Paper.

Saleh, A. O. 2008. Perlindungan bagi Whistle blower. Tempo Interaktif, 26 September.

Tang T. L. P. dan R. K. Chiu. 2003. Income, Money Etic, Pay Satisfaction, Commitment, and Unetichical Behavior: Is the Love of Money the Root of Evil for Hong Kong Emplyees? Journal of Business Ethics 46: 13–20.

Tempo Interaktif. 2008. Perlindungan bagi Whistle blower. 26 September.

Undang-Undang Republik Indonesia No. 20. 2001. Perubahan atas Undang-Undang No. 31 tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

Undang–Undang Republik Indonesia No. 13. 2006. Undang–Undang tentang Perlindungan Saksi dan Korban.

Undang–Undang Republik Indonesia No. 8. 2010. Perubahan atas Undang–Undang No. 15 tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang.

Verschoor, C. C. 2002. A reader responds to ethics of Enron whistle blower. Strategic Finance, Agust.

Wilopo, 2006. Analisis Faktor–Faktor yang Berpengaruh terhadap Kecenderungan Kecurangan Auditor Internal: Studi pada Perusahaan Publik dan Badan Usaha Milik Negara di Indonesia. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia 9(3): September.

Wilopo dan Nurul. 2012. The Effectiveness of Whistle Blower in Improving Corporate Governance. Proceeding of 2nd Accounting Research and Education Conference (AREC 2012) Universiti Teknologi Mara, Malaysia.

Published

2018-09-07

Issue

Section

Artikel